Konawe Utara- Di tanah Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, alam pernah bermurah hati. Laut yang bersih, hutan rimbun memayungi, laut melimpah memberi nafkah, dan tambang menyimpan logam berharga di rahim bumi. Delapan pilar itulah yang dulu diharapkan menopang hidup rakyat, menjadi jalan menuju kesejahteraan yang adil dan merata.
Sayangnya, yang terdengar justru adalah rintihan. Hutan yang dulu teduh, kini berdiri gersang. Sungai yang dulu jernih, kini berwarna gelap. Ikan-ikan kecil yang biasa ditangkap anak-anak nelayan, kini sulit ditemukan. Di tengah perubahan ini, rakyat kecillah yang paling merasakan getirnya dampak tanah merah.
Forkam HL Sultra, lewat suara lantang Iqbal mengungkapkan kegelisahan yang telah lama mengendap di hati masyarakat. Tambang-tambang di Konawe Utara belum memberikan kehidupan yang layak bagi orang-orang yang tinggal di sekitarnya.
“Kami melihat sendiri, kerusakan lebih besar dari manfaat yang dijanjikan. Evaluasi disektor pertambangan harus dilaksanakan, ini menjadi tugas utama pemerintah,”kata Iqbal Ketua Harian Forkam HL Sultra.
Jalan-jalan desa yang dulu jadi urat nadi ekonomi kini rusak parah, sulit dilalui. Anak-anak yang ingin pergi ke sekolah harus berjuang melewati lumpur dan bebatuan. Para petani yang menggantungkan hidup pada tanah, kini khawatir pada musim hujan yang datang dengan banjir, akibat hutan yang habis diekspansi digantikan lokasi pertambangan.
Di lingkar tambang, kehidupan berjalan dengan berat. Tenaga kerja lokal yang dilibatkan dalam aktivitas tambang hanya sedikit, jauh dari harapan besar yang dulu dibangun. Sementara bekas galian-galian tambang kini menganga, menjadi lubang-lubang tanpa tuan, tanpa ada yang bertanggung jawab untuk memulihkannya.
Ketua Umum Forkam HL Sultra, Agus Dermawan dengan tegas mendesak pemerintah daerah, Bupati dan DPRD Konawe Utara untuk segera mengevaluasi seluruh kegiatan pertambangan.
“Sumber daya alam ini adalah milik masyarakat Konawe Utara, bukan segelintir orang maupun pemodal. Mereka berhak merasakan manfaatnya, bukan sekadar jadi penonton di tanah sendiri. Rakyat Konut harus sejahtera dari harta karun sumber daya alam yang dimiliki,”tegas Agus Dermawan.
Ia juga mengingatkan, nikel yang digali adalah kekayaan yang tak bisa diperbarui. Jika dikelola tanpa bijaksana, akan habis, meninggalkan tanah yang kosong dan rakyat yang kehilangan harapan. Penomena ini yang harus diatasi pemerinatah, sebelum masalah sosial semakin rumit.
Kini, suara hati rakyat dan alam Konawe Utara memanggil meminta agar pembangunan tak lagi melukai, tapi merangkul. Agar tambang tak lagi jadi kutukan, tapi berkah bagi semua. Agar anak-anak Konut bisa kembali bermain di sungai yang bersih, dan petani bisa menanam tanpa takut akan banjir yang datang tiba-tiba.
“Pemerintah harus menjawab problematika yang dirasakan oleh masyarakat dilingkaran pertambangan,”tandansya. (redaksi)