LASUSUA- Pembahasan kepemimpinan tidak akan pernah selesai untuk diperbincangkan selagi umat manusia menempati tempat di bumi dan memiliki sistem universal terangkum yang disebut negara. Hal ini menunjukkan bahwa perbincangan kepemimpinan memang menarik serta selalu mendapatkan tempat dan perhatian khusus di berbagai kalangan kelas masyrakat.
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin, pimpin merupakan sebuah kegitan yang mengarahkan, membina, mengatur, menuntun dan mempengaruhi.
Tidak hanya sebatas itu, pemimpin juga mempunyai tugas dan tanggung jawab besar baik dari segi mensejahterakan masyarakat, pengembangan sumber daya manusia, pengelolaan sumber daya alam maupun implementasi spiritual terhadap orang-orang yang dipimpin.
Pemimpin itu bukan perkara yang mudah. Salah satu latar belakang yang kemudian menjadikan pemimpin memiliki tugas besar dan bukan perkara yang mudah dalam menjalankan tugas kepemimpinannya adalah persoalan kemiskinan, pengangguran, keadilan, kesenjangan sosial, ketidak pemberdayaan dan seterusnya.
Hal ini yang dirasakan oleh sebahagiaan masyarakat. Olehnya itu, pemimpin yang madani perlu melakukan evaluasi besar-besaran terhadap sistem.
Perubahan dan perbaikan pada semua segmen yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat tentu membutuhkan proses kolaborasi dan saling bekerjasama dari semua pihak ke arah yang lebih maju.
Daerah membutuhkan pemimpin yang berkarakter dan visioner untuk memajukan sebuah daerah, lebih dari pada itu pemimpin juga harus siap mengesampingkan kepentingan pribadi maupun kelompoknya dan menjadikan kepentingan orang banyak diatas segala-galanya.
Olehnya itu, dibutuhkan Kepemimpinan madani yang mempunyai pendekatan merangkul keberagaman, menerima dan menyatukan perbedaan. Bukan hanya itu, ia juga harus memiliki sikap plural terhadap semua budaya serta menciptakan lapangan kerja dan lingkungan kerja yang inklusif.
Pemimpin yang madani tentu mampu menciptakan lingkungan masyarakat madani. Sebab, gagasan masyarakat madani memiliki karakteristik yang menyeluruh. Hal itu mencakup keragaman, beradab, hidup damai, bertoleransi, menjaga keseimbangan, memiliki sikap tolong menolong, jujur, kebersamaan, ikhlas, menebarkan kasih sayang, bekerja sama serta mengatasi masalah-masalah kehidupan sosial baik secara individu maupun bersama-sama.
Hal ini memiliki keselarasan dan telah di rumuskan oleh para pendiri bangsa berupa semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ yang memiliki arti berbeda-beda tetap satu. Gagasan ini telah menyatukan presepsi dan paradigma yang berbeda-beda baik suku, ras, agama, budaya dan menjunjung tinggi persatuaan dan kesatuan.
Hal ini adalah bentuk dari pada gagasan madani yang memuat nilai-nilai etis dan kearifal lokal yang mengarahkan masyarakat pada prinsip kesatuan dan persatuan.
Dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat : 13 disebutkan:
Artinya : “Hai manusia, sesunguhnyya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesunguhnnya orang yang palin mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesunguhnnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal,”
Ayat di atas tertuju kepada seluruh umat manusia dan mengurai tentang prinsip dasar hubungan manusia agar dapat saling kenal-mengenal, menghargai, menerima perbedaan sebab Allah Swt menciptakan perbedaan antar manusia satu dengan yang lain untuk saling mengenal dan memberi manfaat sebab perbedaan adalah sebuah rahmat (Ikhtilafu Ummati Rahma)
Gagasan pemimpin yang madani bukanlah gagasan yang membuat masyarakat tertinggal. Gagasan ini justru sangat relevan dan siap menerima perkembangan modern secara global, melakukan pembangunan secara massif, meningkatakan pengetahuan baru terkait ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sistematis.
Yang tidak kalah penting, gagasan ini tidak mudah terpengaruh dengan budaya-budaya asing global yang di anggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar konsensus budaya lokal yang bisa mengikis adab dan etika moralitas masyrakat.
Tentunya nilai-nilai implementasi dari pemimpin madani bersifat universal yang melahirkan tatanan kehidupan yang beradab, damai dan tentram.
Olehnya itu di era modern ini pentingnya memilih Pemimpin yang memiliki gagasan madani sebab kita yakini bahwa Pemimpin tersebut mampu menciptakan masyarakat madani yang memgang teguh perdaban dan kemanusiaan. (*)
Penulis:
Abd. Malik
Sekertaris Umum Ruang Pemuda Nusantara Kolaka Utara