Konawe Utara, PIKIRANSULTRA.COM-Di jantung Mandiodo Kecamatan Molawe, Konawe Utara waktu seperti melambat. Persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang menjadi denyut nadi tambang, kini tersendat di meja birokrasi Kementerian ESDM. Di atas kertas, mungkin ini hanya soal dokumen yang menunggu tanda tangan. Tapi di bawah langit Konawe Utara, lambannya keputusan ini telah menjelma menjadi gelombang yang menggulung perekonomian masyarakat, menyeretnya ke jurang yang dalam.
Perusahaan-perusahaan tambang besar, seperti PT ANTAM Tbk Site Mandiodo, PT Cinta Jaya, dan lainnya yang beroperasi di lingkar tambang Blok Mandiodo, kini terhenti langkahnya. Rantai produksi patah, dan efek domino pun tak terelakkan. Masyarakat yang selama ini menggantungkan hidup pada denyut tambang, kini menatap kosong hari-hari tanpa pekerjaan. Mereka, yang dulu menghidupi keluarga dari peluh di tambang, kini harus mengais asa yang kian menipis.
Di Mandiodo, tanah perkebunan yang dulu hijau telah lama digantikan oleh galian tambang. Pilihan hidup sebagai nelayan pun telah ditinggalkan, seiring waktu dan perubahan zaman. Kini, ketika tambang pun terhenti, masyarakat seperti terkurung dalam ruang sempit tanpa jalan keluar.
“Kita harus melihat bahwa masalah RKAB ini harus kita tata dengan benar. Tiga tahun untuk persetujuan adalah waktu yang terlalu panjang. Konsepnya baik, tapi pelaksanaannya harus dipercepat. Jika tidak, operasi tambang akan lumpuh, dan para pekerja akan terus kehilangan penghidupan,” ujar Iqbal Ketua Harian Forkam Sultra, Senin (5/5/2024).
Pernyataan Ikbal merupakan cermin dari keresahan yang menyelimuti bumi Konawe Utara. Forkam HL Sulawesi Tenggara menyerukan kepada Kementerian ESDM, untuk mempercepat persetujuan RKAB.
“Ini bukan sekadar soal angka dan dokumen, ini soal kemanusiaan. Ini tentang hak masyarakat untuk kembali memperoleh nafkah, tentang keadilan yang harus ditegakkan, dan kepastian hidup yang harus dijaga,”sambung Ikbal.
Karena ketika persetujuan RKAB tersendat, bayang-bayang gelap mulai merayap. Kegiatan ilegal mengintai, kejahatan perlahan tumbuh, dan masyarakat yang lapar akan menjadi korban pertama. Mereka hanya ingin sesuap nasi untuk bertahan, untuk hidup esok hari.
Maka, kesejahteraan masyarakat adalah prioritas utama. Keadilan, kepastian, dan hak atas kehidupan yang layak adalah tiang-tiang yang harus kokoh berdiri. Jangan biarkan Mandiodo terus menangis dalam senyap, menunggu keputusan yang tak kunjung tiba. (redaksi)