Pedagang Buah Rasakan Keberadaan Pabrik PT OSS, Menjual Empat Jam Omsetnya Hingga Jutaan Rupiah

Pedagang Buah Rasakan Keberadaan Pabrik PT OSS, Menjual Empat Jam Omsetnya Hingga Jutaan Rupiah

KONAWE, PIKIRANSULTRA.COM-Kehadiran pabrik pemurnian nikel PT Obsidian Stainless Steel (OSS) di Desa Porara, Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, memberikan efek domino terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Salah satu diantaranya adalah para pedagang buah-buahan yang mencoba mengais peruntungan rezeki diareal pabrik diiwilayah itu.

Nasmu, merupakan satu diantara dari puluhan pedagang buah yang berdagang diareal PT OSS. Para pedagang buah berjualan kurang lebih empat jam, dimulai pada pukul 16.00-19.00 wita atau sore hari. Buah segar yang diperjual belikan cukup beragam. Ada apel, jeruk, buah naga maupun buah-buahan lainnya.

Kurun waktu empat jam, dagangan mereka berhasil meraup keuntungan hingga jutaan rupiah. “Omset menjual buah segar didepan pabrik PT OSS mulai dari Rp 1 juta sampai dengan Rp 2 juta,”ujar Nasmu, (20/9/2022).

Buah Apel dan Jeruk menjadi primadona dari tenaga kerja asing (TKA). Pekerja dari negri tirai bambu rupanya sangat doyan dengan kedua buah tersebut yang diperdagangkan Nasmu. “Diantara buah, jeruk dan apel menjadi favorit tenaga kerja asing,”katanya.

Nasmu menjual buah segar perkilonya berupa Apel berkisar Rp 40- 50 ribu perkilo. Bahkan setiap TKA bisa membeli dua sampai lima kilogram. Bahkan pekerja bermata sipit juga paling doyan membeli sayur segar seperti sawi dan Lobak.

Nasmu berkisah mulai berniaga dipasar depan anak perusahaan PT VDNI itu sejak awal tahun 2022. Saat ini dirinya bisa membuka lapak lebih dari satu dengan beberap titik.

“Bersyukur bisa dapat tempat jualan disini, selain bisa dapat pembeli yang lumayan. Saya juga bisa sedikit-sedikit belajar bahasa Cina karena para pekerja Cina itu sangat interaktif,” katanya.

Hal senada diungkapkan juga, Syarif salah satu pedagang buah dan sayuran, yang mengaku bisa mendapatkan omset mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 2 jutaan perharinya. Dimana banyaknya keuntungan yang didapatkan saat menjual tergantung dari ramainya para TKA yang keluar berbelanja.

“Paling sedikit itu Rp 500 ribu kalau sepi, kalau ramai bisa sampai Rp 2 jutaan. Pernah juga sepi sekali saat Covid-19, karena sama sekali TKA dilarang keluar,” tutupnya. Nasmu dan Syarif merupakan dua dari ratusan pedagang yang mengais rezeki diareal pabrik smelter terbesar di Sulawesi Tenggara.

Laporan: Iko

Pos terkait