KOLAKA UTARA- 3.000 Rumah Tangga (RT) miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tahun ini bisa menikmati lampu penerangan listrik Pembangkit Listrik Negara (PLN). Penyalaan pertama dilakukan di Desa Ujung Tobaku, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Ketenagalistrikan (Gatrik), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Rabu (6/12/2023).
Koordinator Perlindungan Konsumen dan Tenaga Kelistrikan Ditjen Gatrik ESDM, Ainul Wafa mengatakan, pemasangan program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) untuk RT miskin tahun ini berdaya 450 VA dan 2024 mendatang beralih menjadi sebesar 900 VA. 3.000 RT di Sultra tersebar pada 11 kabupaten dan kota meliputi 434 BPBL di Kolut, Kolaka 189 dan 233 di Kolaka Timur (Koltim).
Sementara daerah lainnya yakni di Konawe sebanyak 578, Konawe Selatan (Konsel) 184, Muna 885, Wakatobi 115 dan 93 di Kota Kendari. Empat lainnya yakni Buton Tengah (Buteng) 234, Buton Selatan (Busel) 35 dan Bombana 20 BPBL.
“Kami terus melakukan perluasan jaringan di seluruh indonesia. Bagi di pelosok atau pegunungan diupayakan PLTS yang sifatnya sementara sambil menunggi jaringan PLN bisa menjangkau wilayah mereka,” tuturnya.
Dikatakan, target PBPL RT miskin yang telah disetujui Komisi VII DPR RI tahun ini akan menjangkau 125.000 pemasangan di 32 provinsi dengan daya 900 VA. Data potensi penggunaan energi baru terbarukan di Sultra kata dia perlu diperbaharui sebagai bahan masukan dan rumusan kebijakan pimpinan kedepannya.
Senior Spesialis Manajemen Niaga, Staf Ahli Direksi Retail PT PLN (Persero), Rasyid Naja mengatakan, PLN berharap kolaborasi ini menjadi langkah awal sinergi untuk melakukan perluasan dan pengembangan kerjasama lainnya yang memungkinkan pemanfaatan potensi bisnis dalam Ekosistem Listrik.
“Program BPBL ini merupakan bukti nyata dukungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengejar target rasio elektrifikasi sebesar 100%,” ujar Rasyid.
Anggota Komisi VII DPR RI, Rusda Mahmud menegaskan selama rasio elektrifikasi belum terpenuhi maka jajarannya akan terus mengupayakan pemenuhannya. “Energi, keadilan bagi seluruh rakyat Sabang-Meraoke harus 100 persen. Di Sultra rasionya sudah mencapai 97 persen,” ujarnya.
Di Sultra sendiri masih banyak warga miskin yang perlu mendapatkan penerangan listrik PLN. Ia sendiri berharap pada rapat selanjutnya bersama Dirjen Gatrik bisa menghasilkan solusi terkait pemenuhan rasio elektrifikasi tersebut.
“Kebetulan saya juga tergabung dalam Panja RUU EBET dan sudah menggodok listrik tenaga nuklir dan tidaknlama lagi diparipurnakan. Jika terealisasi dan infrastruktur tuntas insyaallah kita tidak akan kekurangan listrik lagi,” tutupnya.
Untuk di Kolut, Asisten II Syamsuddin mengatakan, Kolut saat ini memiliki banyak rencana yang akan dibangun, namun terkendala keuangan daerah yang tersedia.
“Yang tidak mampu diselesaikan oleh Pemda, terpaksa dimintakan bantuan DPR/DPRD pusat. Kami berharap silahturahmi antara masyarakat Kabupaten Kolaka Utara, pemerintah dan legislatif tingkat kabupaten atau pusat,” ujarnya.
Salah satu penerimah program pemasangan listrik di Desa Ujung Tobaku, Bunga mengaku sangat senang karena rumahnya telah dipasangi listrik sendiri. Pasalnya, dalam setahun terakhir hanya numpang aliran dari tetangganya yang berbaik hati. “Gratis pak (pemasangan). Kami sangat berterimah kasih sekali kepada pemerintah,” ucapnya.