PIKIRANSULTRA.COM- Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) dinilai masih tergolong tinggi jika disandingkan dengan beberapa kabupaten yang ada di Sulawesi Tenggara (Sultra). Pemerintah setempat komitmen mampu menekan angka inflasi dengan cara mendorong geliat ekonomi masyarakat.
“Inflasi itu kan karena harga-harga melambung tinggi tetapi di Kolut normal saja dan justru ada yang terjun bebas. Tidak begitu terdampak,” klaim Pj Bupati Kolut, Parinringi.
Diterangkannya, pihaknya memang belum mengantongi angka pasti. Namun yang bisa dijadikan sebagai rujukan yakni berpatokan pada inflasi dari dua wilayah di Sultra yakni Kendari dan Bau-bau. Meski demikian, berdasarkan hasil pantauan di lapangan bisa disaksikan jika kondisi masih berjalan normal seperti biasa.

Belum lagi pasca gencarnya inflasi di sejumlah wilayah, Pemda langsung menggelar pasar murah, pembagian sembako hingga operasi pasar. Langkah itu diikuti dengan pemberdaayaan masyarakat berupa penggalakan tanaman cepat panen seperti bawang, cabai dan tomat.
Kolut menjadi salah satu dari 30 daerah di Indonesia yang telah melakukan enam langkah penanganan inflasi. Termasuk langkah gerakan menanam, salah satunya menanam bawang merah. Bawang merah, salah satu komoditas yang kerap memicu inflasi.
Gerakan menanam bawang merah menuai hasil. Pj. Bupati Parinringi turun memanen bawang merah di Desa Rantebaru Kecamatan Ranteangin.
“Alhamdulillah kami telah melakukan panen bawang merah di sejumlah wilayah. Ini berkat sinergisitas yang dibangun Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Kita hanya butuh 56 hari untuk bisa dipanen. Ternyata komoditas pemicu inflasi ini bisa dihasilkan sendiri. Untuk itu, perlu digencarkan lagi gerakan menanam,” ujarnya.

Mantan Wakil Bupati (Wabup) Konawe ini mengapresiasi langkah TIPD bersama Satgas Pangan Kolut dalam menekan inflasi. Berkat kerja sama yang apik, Kolut dianggap telah melakukan langkah konkret penanganan inflasi dari pemerintah pusat.
“Di Indonesia, hanya 30 Pemda termasuk Kolut. Di Sultra, hanya 2 Pemda. Pencapaian ini harus dipertahankan. Jika boleh ditingkatkan lagi,” ungkap Pj.Bupati Parinringi.
Kepala DPM PTSP Sultra itu meyakini Kolut bisa memenuhi kebutuhan sayur mayur dan komoditas pertanian jangka pendek. Untuk itu, ia merancang pola pertanian setiap wilayah di bagi per klaster. Komoditas pertanian dikembangkan sesuai kondisi tanah.
“Desa Rantebaru misalnya, difokuskan tanam bawang merah. Wilayah lain bisa persawahan, tanaman cengkih atau merica. Komoditas pertanian jangka pendek harus dikembangkan lagi. Paling tidak, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal,” jelas Pj.Bupati Parinringi sembari mendengar aspirasi para petani.
Pj Bupati Parinringi punya cara menekan inflasi. Salah satunya dengan mendorong kemandirian pangan di wilayahnya melalui gerakan menanam, terutama tanaman pemicu inflasi seperti bawang merah.
Di Desa Ponggiha Kecamatan Lasusua, Parinringi melakukan panen raya bawang merah. Hasilnya sangat memuaskan. Dari lahan seluas 700 meter persegi, bisa menghasilkan 2,5 ton bawang merah.
Jadi, kita punya tambahan stok di pasaran sehingga bisa mengantisipasi terjadinya inflasi,” ujarnya.

Di sisi lain, hasil panen bawang merah itu dapat menjadi tambahan penghasilan bagi petani. Olehnya itu Pj terus mendorong gerakan menanam komoditas pertanian agar ketergantungan pangan dari daerah lain bisa terus dikurangi.
Penanganan inflasi kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Sultra itu, sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi. Atas dasar itulah, Presiden secara khusus telah mengeluarkan instruksi agar Pemda lebih fokus menangani inflasi. Menindaklanjuti instruksi tersebut, ia bersama Forkopimda mengambil langkah cepat. Mulai penyaluran bantuan bibit, pupuk, peralatan mesin pertanian (alsintan) demi mengajak masyarakat menanam komoditas pangan yang kerap menyumbang inflasi.
“Kita akan membahas stok dan komoditas pangan apa yang harus segera diintervensi. Dari 20 item yang kami awasi, harga beras naik,” ungkap Pj.Bupati Parinringi
Untuk mengendalikan inflasi dan mendukung pemulihan ekonomi nasional, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka Utara melalu Tim Pengendalian inflasi Daerah (TPID) mengambil beberapaka langkah preventif.
Beberapa kegiatan diantaranya Sosialisasi Hemat Energi dan Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah yang dirangkaikan dengan Penyerahan Bantuan Bibit Cabai Merah, Tomat dan Polybag.

Sementara itu dikatakan Sekretaris Daerah Kabupaten Kolaka Utara Dr.Taupik S. Bahwa meski Kolaka Utara tidak terlalu dampak pada inflasi namun dengan adanya bantuan ribuan bibit tomat dan cabe, bawang merah 1 Ton,Kacang Tanah dapat membantu pencegahan dampak inflasi.
Sementara itu dikatakan Ketua DPRD Kolut, Buhari sangat mendukung program percepatan penurunan inflasi di Kolut. Pembagian bibit pada masyarakat adalah hal yang sangat tepat, apalagi Kolaka Utara memiliki kondisi tanah yang sangat subur sehingga kedepannya Bumi Patowanua bisa mandiri dari sayur-sayuran dan buah-buahan.
“Kegiatan seperti inilah yang ingin kita giatkan untuk mencegah inflasi, palawija sayuran-sayuran itu semua perlu digalakkan pemerintah untuk menekan pasokan komoditi dari luar daerah,” ucapnya.
Selain pembagian bibit, Pj juga memotifasi para petani padi dengan cara memanen langsung di sejumlah lokasi. Parinringi mendorong agar produksi beras terus ditingkatkan di sejumlah wilayah. (DEV)