Jeritan Nelayan Bata-Batao di Lasolo Kepulauan, Konawe Utara, Airnya Tercemar Produksi Tambak Menurun

Jeritan Nelayan Bata-Batao di Lasolo Kepulauan, Konawe Utara, Airnya Tercemar Produksi Tambak Menurun

WANGGUDU_PIKIRANSULTRA.COM- Nelayan tambak di Bata-batao Kecamatan Lasolo Kepulauan, Konawe Utara kini dirundung galau. Kawasan tambak yang menjadi sumber penyokong ekonomi keluarga terancam hilang. Penyebabnya, sumber mata air payau tak lagi seperti dulu. Airnya diduga tercemar.

Budidaya tambak berupa kepiting, udang dan ikan tak lagi berkembang biak. Padahal asupan makanan setiap hari diberikan. Bukannya berkembang, malahan populasinya berangsur menurun.

“Akhir-akhir ini kami sangat kebingungan mungkin karena kondisi air yang tidak sehat menyebabkan selera makan udang menjadi menurun yang menyebabkan populasinya juga ikut turun,”ujar Nelayan Tambak Bata-Batao, Daeng Sangkala.

Kondisi hasil tambak mulai drastis sudah dirasakan petani tambak sejak akhir tahun 2020 hingga 2022. Nelayan tambak mendiami daerah tersebut untuk bercocok budidaya tambak telah dilakukan sejak tahun 1990. Awalnya, pembukaan lahan tambak dilakukan secara manual dan bergotong royong.

Melihat kondisi kala itu sangat menjanjikan, nelayan tambak ekspansi ke yang lebih modern. Tak tanggung-tanggung mengeluarkan biaya ratusan juta rupiah untuk menyewa alat berat (Exavator) untuk membuka lahan lebih luas.

“Tidak semua areal budidaya mengalami penurunan produksi, justru dibeberapa titik yang terdapat hutan bakau dan ombak besar kondisinya masih bagus. Kemungkinan ditempat saya langsung bersentuhan dengan air sungai Lasolo, yang kondisi airnya diduga sudah tercemar akibat sedimentasi lumpur tambang,”ujarnya.

Direktur Eksekutif Explor Anoa Oheo Indonesia (EXOH Indonesia), Ashari, telah mendapatkan pengaduan dari nelayan tambak adanya dugaan sementara pencemaran. Ia belum melakukan investigasi secara mendalam, namun kemungkinan badan air sungai Lasolo ini telah tercemar.

“Butuh proses panjang mencari fakta-faktanya, sebab hulu sungai besar Lasolo berada di titik Kecamatan Routa Kabupaten Konawe. Dari hulu ke mulut muara laut Lasolo Kepulauan, sepanjang itu terdapat aktivitas perkebunan sawit, pertambangan nikel termasuk pasir kuarsa,”duga Ashari.

Dari informasi pengamatan nelayan yang ada membuatnya tidak bisa langsung memberikan keputusan akibat pencemaran seperti laporan dari para pembudidaya. Kasus kerusakan tambak yang tidak merata, perlu analisa dan pengujian melalui laboratorium atas dugaan terjadinya pencemaran.

“Sehingga dalam waktu dekat, kami akan segera berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Tidak salah juga jika para nelayan budidaya tambak menduga telah terjadi pencemaran air laut akibat aktifitas eksploitasi hutan yang kian masive,”pendapatnya.

Ashari menuturkan secara komprehensif menjadi salah satu tugas dan kewajiban pemerintah daerah melindungi rakyatnya. Persoalan ini diyakini belum diketahui oleh Pemkab Konawe Utara. “Kami siap untuk mengawal perjuangan ratusan penambak dan akan mengawalinya dengan pengecekan lapangan. Jika ada persoalan lain yang menjadi penyebabnya, tetap kita menunggu hasil pengujian terhadap sample air yang di lakukan oleh pihak berwenang, agar misteri ini cepat terungkap,”tandasnya. (redaksi).

Pos terkait