KONAWE UTARA-Sorotan terhadap lemahnya kinerja Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Kabupaten Konawe Utara (Konut) kembali mencuat. Setelah Forkam Sultra, kini giliran lembaga Eksplor Anoa Oheo (EXOH) Sultra yang angkat bicara.
Direktur EXOH Sultra, Ashari, menilai lambannya respons Damkar Konut dalam menangani sejumlah kebakaran terakhir mencerminkan kegagalan manajemen dalam memenuhi ekspektasi publik. Padahal, sejak dua tahun lalu, instansi ini telah dibekali mobil pemadam canggih senilai Rp1,7 miliar.
“Sayangnya, kendaraan yang seharusnya menjadi andalan justru tidak dimanfaatkan maksimal. Akibatnya, kebakaran yang seharusnya bisa ditangani lebih cepat malah berujung kerugian lebih besar, prajurit itu selalu siap siaga bukan alibi, Siapa panglima nya?,” kritik Ashari.
Dalam dua insiden kebakaran terakhir, Damkar Konut disebut terlambat tiba di lokasi. Keterlambatan pertama masih ditoleransi, namun kejadian serupa yang terulang membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap kesiapsiagaan mereka.
“Kalau satu kali terlambat mungkin masih bisa dimaklumi, tapi kalau berulang, ini tanda ada masalah serius dalam sistem mereka,” tegas Sekretaris DPC Gerindra Konut.
Ashari menambahkan, dalam situasi kebakaran, setiap detik sangat menentukan. Ia mendesak Damkar Konut untuk segera melakukan evaluasi total, termasuk memastikan kesiapan armada dan personel secara nyata, bukan hanya di atas kertas.
“Mobil damkar itu bukan untuk dipajang. Alat canggih dan prajurit terlatih harus dibuktikan lewat aksi nyata di lapangan, bukan sekadar alasan setelah kebakaran, jangan hanya siaga dimulut, lamban dilapangan,” sindirnya.
Masyarakat Konut kini menuntut perbaikan cepat dalam sistem respons Damkar, dari kecepatan armada hingga kehadiran personel. Jika tidak, keterlambatan terus-menerus ini dikhawatirkan akan memperparah dampak kebakaran dan mengancam keselamatan warga.
(redaksi)