LASUSUA_PIKIRANSULTRA.COM-Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Djafar Harun Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) terus berupaya melakukan penyegaran sarana dan prasarana untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pasiennya. Langkah itu dibarengi dengan membangun minset sumber daya manusia (sdm) di internalnya untuk mendongkrak indeks kepuasan publik.
Direktur BLUD Djafar Harun, dr. Syarif Nur, Sp,.OG,.M.Kes menerangkan, peningkatan akselerasi pelayanan merupakan wujud dalam mendukung program prioritas Pj Bupati, Parinringi di sektor pelayanan publik dalam hal ini kesehatan.

“Dua bangunan kami rehab ruangannya dan mulai mengoperasikan beberapa fasilitas dan alat medis seperti CT Scan, Transcranial Magnetic Stimulation (TMS), fasilitas Modular Operating Theatre (MOT) dan sarana baru di ruang operasi,” bebernya.
Dikatakan dr. Syarif, dua bangunan yang seluruh ruangannya mendapat sentuhan penyegaran yakni gedung VIP angrek dua lantai. Terdapat 12 bilik kamar pasien plus dua ruang perawat telah dipoles layaknya kamar hotel.
Demikian juga seluruh ruangan gedung Mawar juga dipoles beda tipis dari VIP Angrek. Langkah itu disampaikan hanya semata-mata untuk menumbuhkan rasa nyaman bagi para pasien yang sedang jalani dirawat. “Tidak mengabaikan standar kesehatan yang dianjurkan Kemenkes dan standar pelayanan akreditasi,” ujarnya.
Adapun terkait sarana medis yang baru diresmikan dan dioperasikan antara lain CT Scan. Alat ini merupakan prosedur diagnosis yang menggunakan komputer dan mesin sinar-X yang berputar untuk membuat gambar penampang tubuh.
Sebelum kehadiran alat tersebut, 60-70 persen pasien yang dirawat di BLUD Djafar Harun memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan cara dirujuk ke RS lain di luar kota.
Pihaknya berupaya memangkas rentan kendali tersebut sehingga mulai dari persoalan biaya, jarak tempuh, keselamatan dalam perjalanan oleh pasien dan lainnya bisa diminimalisir sekecil mungkin.
“Jadi pasien tidak perlu lagi di rujuk ke RSUD Kendari atau Makassar hanya untuk melakukan pemeriksaan karena fasilitasnya sudah stand by di Kolut,” tuturnya.
Demikian juga dengan TMS yang telah dimiliki merupakan salah satu alat bidang Neurofisiologi. Secara fungsi fasilitas itu digunakan untuk membantu diagnosis gangguan saraf maupun terapi atau pengobatan gangguan saraf, baik gangguan fungsi saraf pusat maupun saraf tepi.
Lebih spesifik, TMS tersebut kata dr. Syarif digunakan dalam terapi penyakit Stroke, Parkinson, pasca trauma otak dan saraf, neuropati dan distonia. Disamping itu juga mencakup penanganan nyeri pinggang kronik termasuk Low Back Pain, gangguan keseimbangan, gangguan bahasa (sulit bicara), Titinus (telinga berdenging) hingga depresi. “Biayanya agak lumayan sih tetapi intinya masyarakat tidak harus lagi ke luar daerah karena alatnya sudah ada di sini,” katanya menekankan.
Fasilitas baru lainnya di ruang operasi yakni Modular Operating Theatre berbasis digital. Alat ini memiliki fungsi penting yang siap pakai pada penanganan dadakan semisal operasi untuk korban kecelakaan.
Keunggulan fasilitas ini karena dilengkapi harmonic scalpel, teknik operasi cepat dan aman. Penanganan yang biasanya menghabiskan waktu hingga durasi dua jam bisa diselesaikan dalam kurun waktu 30-40 menit saja. “Efikasi yang baik dan komplikasi pascaoperasi yang lebih sedikit dibandingkan metode konvensional,” bebernya.
Sebagian besar upaya perbaikan dan pengadaan beberapa peralatan mesis dikatakan menggunakan dana yang dihasilkan dari pelayanan di RS itu sendiri. Percepatan pemenuhan sarana dan prasarana itu disampaikan massif sejak pandemi covid-19 merebak guna mengoptimalkan pelayanan pasien.
Meski demikian, langkah itu dianggap belum memadai jika tidak dibarengi dengan peningkatan mutu dan kualitas SDM di internalnya. Atas dasar itu BLUD Djafar Harun telah memberlakukan lima budaya sentuhan yang wajib dipatuhi dan diamalkan oleh seluruh jajarannya.
“Sentuhan mata, senyum, kata, tangan profesional dan hati yang tulus ihlas. Tagline ini telah ditempel di seluruh ruangan untuk mengingatkan kami,” ucapnya.
Ia sendiri memperingatkan jajarannya agar menyegerakan pelayanan terhadap pasien dan bukan mengutamakan soal administrasi apalagi menyibukkan diri dengan hanphone. Semua pasien sama dan wajib diperhatikan serta mendapatkan pelayanan dengan baik. “Sebagaimana jika kita di posisi mereka juga ingin diperlakukan sama,” pesannya.
Sebagai langkah penegasan, ia bersama seluruh jajarannya dikemukakan telah membuat kesepakatan untuk dipatuhi dan siap disanksi jika melanggar. Jika ada komplain dari pasien bakal dilakukan klarifikasi secara langsung.
Apabila sumber kesalahan atau kelalaian itu dari oknum jajarannya maka wajib adanya menanggung biaya pelayanan yang dijalani pasien terkait. “Kedengarannya berat tetapi tidak apa-apa karena yang kita ingin bentuk bagaimana membangun minset budaya pelayanan,” tegasnya. (ADV)